SEJARAH DESA SEMAWUNG
Sekitar 1334 M, Tanah Jawa menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Besar Majapahit yaitu Prabu Hayam Wuruk. Sementara, tanah wilayah Bagelen merupakan bekas kekuasaan Dyah Balitung Watukura Raja Mataram Hindu. Daerah ini merupakan tanah Perdikan yang tidak ramai didiami penduduk sejak pusat kerajaan berpindah ke Jawa Timur. Wilayah ini adalah wilayah strategis, karena dilintasi Sungai Bogowonto yang dapat dilayari hingga tepian-tepian anak sungai Bogowonto; Sungai Gesing dan Sungai Mongo, sehingga menjadi jalur transportasi dan perdagangan. Namun kemudian Kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan akibat serbuan dari Kerajaan Demak "sirna ilang kretaning bumi", Candra Sengkala ini dibaca 0041, yaitu Tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi.
Di tahun yang sama yaitu 1478 Masehi, seorang Pangeran keturunan Raja Majapahit; anak Prabu Brawijaya V bernama Raden Joko Dubruk/ Raden Semawung/ Pangeran Tatung Malara datang melalui Bagelen (menelusuri Sungai Bogowonto) ke arah hilir mendarat di tanah tepian Sungai Bogowonto yang keseluruhan wilayahnya dikelilingi anakan sungai, yaitu Sungai Mongo dan Sungai Gesing. Perjalanan ini dalam rangka pelarian dari pengejaran tentara Demak Bintoro, dan diperkirakan mendarat di Tegal Dhuwur (hulu Sungai Gesing, selatan Desa Semawung).
Joko Dubruk atau Raden Semawung merupakan salah satu Putra Prabu Brawijaya V. Sering disebut juga Jaka Warih , karena beliau keturunan Raja ( warih artinya air, atau suatu keturunan, genetik mulia, memiliki warih Ratu yang artinya keturunan Raja) secara melegenda beliau disebut JOKO SEMAWUNG.
Mendaratnya Raden Semawung kala itu adalah masih belia, karena suatu tekanan pergantian politik kekuasaan, pasca runtuhnya Majapahit. Pada saat itu beliau didampingi para wiku, punggawa pengikut; yang menurut cerita yang berkembang di masyarakat diantaranya :
Raden Semawung kemudian membuka peradaban baru dengan membuka wilayah hutan (alas) untuk wilayah padukuhan dengan batas-batas perairan dan lembah Sungai Gesing untuk lahan sawah. Beliau dibantu oleh penduduk dari Bukit Menoreh; yang kalah perang dengan Wangsa Syailendra. Dan sekitar tahun 1500-an Masehi, nama Semawung dikenal sebagai Desa yang disegani, yang dibangun oleh Pangeran dari Prabu Brawijaya V.
Desa hasil bukaan hutan tersebut mendapat penataan wilayah batas perairan sistem kerajaan :
Di Jatisalam Semawung terdapat Masjid Tiban, yang merupakan ciri khas dimana Sunan Geseng melakukan perjalanannya untuk berdakwah.
Sumber: https://klangsir.blogspot.com